Dalam sidang para binatang, syahdan mengundang seorang manusia. Para binatang meminta manusia itu memberikan keynote speaker. “Anggota Hewan yang Terhormat,” begitu manusia itu memulai sambutannya. “Beruntung kalian terpilih menjadi anggota hewan,” katanya. Jika kalian bertarung kesatria. Pantang main telikung. Pokoknya, ini dadaku mana dadamu, puji manusia undangan itu .

Maka akupun hormat pada kalian dengan aku panggil kau anggota Hewan yang Terhormat. Terimalah hormat kami dari bangsa manusia.

Anggota Hewan yang Terhormat tolong ceritakan kepada kami bagaimana cara menjadi kesatria itu. Berikan contoh kepada kami. Dan jangan tertawakan kami yang makin hari makin pengecut. Makin tidak jujur. Dan makin lucu dalam bertingkah.

Anggota Hewan yang Terhormat, mengapa di bangsamu nggak perlu lembaga-lembagaan kehidupan berlangsung damai dan tenang. Ajarkan pada kami untuk bisa taat aturan main. Untuk jujur. Untuk adil dan tidak curang.

Anggota Hewan yang Terhormat, apakah bangsamu tak geli melihat tingkah kami. Tingkah makhluk yang dengan pongah mengklaim paling tinggi dan berakal budi. Padahal budi yang akal-akalan justru yang kami pamerkan.

Anggota Hewan yang Terhormat adakah di bangsamu persekutuan yang ditunggangi iblis seperti di bangsa kami? Kayaknya tidak. Karena kalian makhluk paling Terhormat sehingga iblispun segan kepadamu. Sungguh iblis bersemayam dalam makhluk asfala safilin seperti kami.

Anggota Hewan yang Terhormat kalian telanjang itu karena jujur. Kami berjas dan berdasi justru untuk menutup kemaluan kami karena tidak jujur. Kami takut jas ini kelak akan menjadi api, dan dasi mencekik kami. Lidah kami menjulur dan gosong karena kerap omong kosong. Astaghfirullaah.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren