
“Dima kah nak ooiii… suaro bamuarooo… dima kah nak oiii… mato aia bamuaro… dima den ka mamutaa… kincia aia, dima ka mamuta aia kahidupaaannn nak oiii…”
Inilah sepenggal lirik menyentuh hati berbahasa Minang yang dinyanyikan dengan emosional mendalam oleh Rani Jambak dalam pertunjukan art performance di ajang Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2024.
Lirik tersebut, yang jika diterjemahkan berarti “Dimanakah nak.. suara bermuara. Dimanakah nak, air bermuara. Dimana saya akan memutar, kincir air. Dimanakah untuk memutar air kehidupan nak..?”, berhasil menggugah emosi audiens, membuat banyak dari mereka berkaca-kaca.
Pertunjukan ini merupakan bagian dari karya instalasi interaktif Rani yang berjudul Kincia Aia: Malenong M(A)so, dan dilakukan pada Sabtu, 19 Oktober 2024, di ICAD 2024 yang berlangsung di Hotel Grandkemang, Jakarta Selatan. Ada dua sesi penampilan, yaitu pada pukul 14.00-14.30 dan 16.00-16.30.
Karya Malenong M(A)so tampil dalam ICAD 2024 yang berlangsung dari 10 Oktober hingga 10 November 2024, menghadirkan karya seni dan desain dari 74 partisipan yang terbagi dalam berbagai kategori, dengan program aktivasi harian seperti Performance Art, Workshop, dan Public Lecture.
Teknologi Tradisional dan Modern Bersatu
Kincia Aia yang dipresentasikan oleh Rani Jambak bukan sekadar replika kincir air biasa. Teknologi tradisional Minangkabau ini telah digunakan selama lebih dari dua abad untuk mengairi sawah dan menumbuk bahan makanan menjadi tepung.





Tinggalkan komentar