JAKARTA, Sketsakini.com| Perhatian KH Achmad Dahlan terhadap pendidikan sungguh luar biasa. Sang Pencerah mengirimkan putranya Siradj Dahlan untuk belajar agama ke Pakistan, disaat yang sama beliau mengirimkan puteranya yang lain RH Dhoeri untuk belajar bisnis ke Eropa. Hal tersebut disampaikan Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi Bisnis saat mengisi pengajian di Universitas Muhammadiyah Jakarta, 8/3.

Muhadjir menyampaikan materi bertema Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan: Tinjauan Praksis Kemasyarakatan dan Kebangsaan. RH Dhoeri kemudian menjadi pengusaha sukses importir sepeda. Dia juga mendirikan pabrik sarung yang di ekspor ke Malaya, India dan Pakistan.

Hal itu menunjukkan betapa seriusnya Muhammadiyah untuk menempatkan diri sebagai entitas umat terbaik sebagaimana disebut di dalam al Qur’an, surat Ali Imran, 110, sekaligus menjadi umatan wasathan sebagaimana disebut dalam surat al Baqarah 143. ُ

Konsern Muhammadiyah sejak awal berdirinya terpusat kepada tiga bidang yaitu pendidikan, kesehatan dan penolong kesengsaraan umum (PKOe). Sedangkan di bidang ekonomi belum menjadi prioritas. Untuk menopang biaya ketiganya hanya mengandalkan infak dan sadaqah dan kemurahan para dermawan, para pengurus, anggota dan simpatisan serta sedikit bantuan pemerintah Hindia Belanda.

Namun bukan berarti Kyai Dahlan belum memikirkan hal itu. Ketika Kyai Dahlan mengirim belasan anak-anak muda ke Pakistan untuk belajar agama, termasuk putranya, Siradj Dahlan, putra kedua dari Ny Walidah, beliau juga mengirim putranya yang dari hasil pernikahan dengan Ny Soetijah Windijaningrum yaitu RH Dhoeri untuk belajar bisnis ke Eropa dititipkan kepada seorang pastor yang dikenalkan oleh Sultan Hamengku Buwono VII.

Sepulang dari Eropa RH Dhoeri menjadi pebisnis yang cukup berhasil. Menjadi importir sepeda dan membangun pabrik sarung yang produknya di ekspor ke Malaya, Pakistan dan India. Dalam kepengurusan Muhammadiyah RH Dhoeri menjadi bendahara Hoof Bestur (HB) Muhammadiyah pada era kepemimpinan KH Mas Mansur. Dan pada masa kepemimpinan KH Mas Mansur tersebut masalah ekonomi mulai menjadi perhatian Muhammadiyah. Setelah melalui proses yang sangat panjang, baru pada muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar (Agustus, 2015), Muhammadiyah menetapkan bidang ekonomi menjadi pilar keempat gerakan persyarikatan Muhammadiyah.

Peran kemasyarakatan dan kebangsaan Muhammadiyah dari waktu ke waktu adalah nyata. Tidak pernah surut tetapi terus mengalami perkembangan yang pesat dan dinamis seiring dengan tantangan yang dihadapi. Namun demikian Muhammadiyah sebagai kekuatan Islam Wasathiyah juga harus terus melakukan otokritik dan melakukan rekonstruksi terus menerus terhadap pemikiran wasathiyahnya, reorientasi arah perjuangannya maupun reaktualisasi gerakannya. Baik wasathiyah dalam arti moderasi, tengahan, penyeimbang, beradilan maupun dalam arti berkeunggulan.

Satu tanggapan untuk “Wasathiyah Islam Berkemajuan, Penolong Kesengsaraan Umum”

  1. Mantaab pak haji

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Sedang Tren